Panduan Berbuka Puasa
PANDUAN BERBUKA PUASA
Jika waktu berbuka puasa tiba, maka hendaklah seorang Muslim untuk menyegerakannya. Menyegerakan waktu berbuka puasa merupakan salah satu sunnah puasa.
Dari Sahl bin Sa’ad radhiyallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alayhi wa sallam bersabda :
لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ
“Manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan waktu berbuka.” (Muttafaqun ‘alaih)
Disebutkan dalam Al Fath :
كَانَ أَصْحَاب مُحَمَّد صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْرَعَ النَّاسِ ، إِفْطَارًا وَأَبْطَأَهُمْ سُحُورًا
“Sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang paling cepat dalam berbuka puasa dan paling lambat dalam makan sahur.” [Fathul Bari, 4: 199, dikeluarkan oleh ‘Abdur Rozaq dengan sanad shahih kata Ibnu Hajar]
WAKTU BERBUKA PUASA
Waktu berbuka puasa yang harus disegerakan adalah saat matahari tenggelam, atau saat terdengar dikumandangkannya adzan Maghrib.
Disebutkan oleh Imam Bukhari :
وَأَفْطَرَ أَبُو سَعِيدٍ الْخُدْرِىُّ حِينَ غَابَ قُرْصُ الشَّمْسِ
“Abu Sa’id Al Khudri berbuka puasa ketika bulatan matahari telah hilang.” [Fathul Bari, 4: 196]
Syaikh ‘Abdullah Al Fauzan hafizhahullaahu ta’ala berkata : “Hendaklah setiap muslim bersemangat mengamalkan sunnah ini, yaitu menyegerakan waktu berbuka. Ini bisa melakukannya dengan cara menyibukkan diri di sore hari dengan membaca Al Qur’an, berdzikir dan berdo’a. Janganlah pada saat itu ia keluar dari rumahnya kecuali dalam hal penting saja sehingga ia tidak luput dari banyak kebaikan. Jangan sampai ketika muadzin menyuarakan adzan sedangkan ia berada di jalan menuju rumahnya lalu luput darinhya waktu berdo’a saat berbuka dan luput pula sunnah menyegerakan berbuka, wallahul musta’an.” [Minhatul ‘Allam, 5: 28]
Ini merupakan catatan penting agar tidak lalai ketika menunggu waktu berbuka puasa, serta agar senantiasa berada dalam ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
KETIKA HENDAK BERBUKA PUASA
Salah satu amalan sunnah seorang Muslim ketika menanti waktu berbuka puasa adalah dengan memperbanyak berdo’a.
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu berkata, bahwasanya Rasulullah shallallaahu ‘alayhi wa sallam bersabda :
لَيْسَ شَىْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ
“Tidak ada sesuatu yang paling mulia di sisi Allah daripada doa”. [Sunan At-Tirmidzi, bab Doa 12/263, Sunan Ibnu Majah, bab Doa 2/341 No. 3874. Musnad Ahmad 2/362]
Memperbanyak berdo’a ketika hendak berbuka puasa, karena sesungguhnya doa adalah termasuk dari ibadah, maka perbanyak berdo’a di waktu mustajab ini.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ لَا تُرَدّ، دَعْوَةُ الْوَالِدِ، وَدَعْوَةُ الصّـَائِمِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ
“Dari Anas bin Malik Radhiyallahu’ anhu dia berkata, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak : (1) Doa orang tua kepada anaknya, (2) Orang yang berpuasa ketika berbuka, (3) Do’a orang yang sedang safar (musafir).” [HR. al-Baihaqi 3/345 dan yang lainnya]
Di samping memperbanyak berdo’a, banyak amalan lain yang dapat dilakukan untuk meraih banyak pahala, seperti berdzikir, membaca Al Qur’an, bersedekah, memberi makan orang, dan semisalnya. Inilah amalan yang menjadi sebab seorang Muslim senantiasa berada dalam ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, dan terhindar dari segala bentuk kelalaian.
DOA BUKA PUASA
Bersegeralah untuk berbuka puasa dengan makan atau minum. Ketika berbuka, mulailah dengan membaca ‘Bismillah’, lalu santaplah beberapa kurma, kemudian hendaknya kita membaca doa setelah membatalkan puasa dengan doa sebagai berikut :
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ، إِذَا أَفْطَرَ قَالَ
“Rasulullah Shallallaahu ‘Alayhi wa Sallam apabila telah berbuka puasa, beliau berdoa :
ذَهَبَ الظّـَمَأُ وَابْتَلّـَتِ الْعُرُوقُ، وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
Dzahabazh zhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah.
“Telah hilanglah dahaga, telah basahlah kerongkongan, semoga ada pahala yang ditetapkan, jika Allah menghendaki.” [HR. Abu Daud no. 2357, An-Nasa-i dalam As Sunan Al-Kubro no. 3315 dan selainnya]
BERBUKA PUASA DENGAN KURMA
Rasulullah Shallallaahu ‘Alayhi wa Sallam berbuka puasa dengan beberapa buah kurma. Kurma memiliki kandungan rasa manis yang sangat cepat meresap ke tubuh dan paling disukai oleh organ hati, apalagi kalau kurma tersebut dalam keadaan basah. Zat pada kurma yang meresap sangat bermanfaat untuk seluruh anggota tubuh dan otak.
Kurma yang dimaksud adalah ruthab (kurma basah yang matang dan berwarna coklat muda), apabila tidak ada maka boleh memakai tamr (kurma kering yang matang), jika kurma ruthab atau rame tidak ada maka minumlah air, karena air merupakan pembersih bagi usus manusia.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullaahu ta’ala menjelaskan : “Cara Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang berbuka puasa dengan menyantap kurma atau air mengandung hikmah yang sangat mendalam sekali. Karena saat berpuasa lambung kosong dari makanan apa pun. Sehingga tidak ada sesuatu yang amat sesuai untuk liver (hati) yang dapat disuplay langsung ke seluruh organ tubuh serta langsung menjadi energi, selain kurma dan air. Karbohidrat yang ada dalam kurma lebih mudah sampai ke liver dan lebih cocok dengan kondisi organ tersebut. Terutama sekali kurma masak yang masih segar. Liver akan lebih mudah menerimanya sehingga amat berguna bagi organ ini sekaligus juga dapat langsung diproses menjadi energi. Kalau tidak ada kurma basah, kurma kering pun baik, karena mempunyai kandungan unsur gula yang tinggi pula. Bila tidak ada juga, cukup beberapa teguk air untuk mendinginkan panasnya lambung akibat puasa sehingga dapat siap menerima makanan sesudah itu.” [Lihat Ath-Thibb an-Nabawy oleh Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, hal. 309, cet. Maktabah Nizaar Musthafa al-Baz, th.1418 H]
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala mudahkan kita dalam istiqomah menjalankan sunnah-sunnah berbuka puasa. Baarakallaahu fiikum…
RISE THE UMMAH !
Ayu Ummu Kenzie For Women’s Lines