Niat Puasa Ramadhan

Niat Puasa Ramadhan
niat pasa ramadhan

NIAT PUASA RAMADHAN

Niat merupakan syarat sahnya ibadah puasa. Niat adalah amalan hati dan niat puasa Ramadhan tidak disyaratkan untuk dilafazhkan.

Rasulullah Shallallaahu ‘Alayhi wa Sallam bersabda :

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

“Sesungguhnya amal itu hanyalah tergantung pada niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan (balasan) sesuai dengan yang dia niatkan” [HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907]

WAKTU NIAT

Perihal niat puasa Ramadhan ini, kalangan ulama berbeda pendapat mengenai hukum tabyit an-niyyah (penetapan niat).

a). Disyaratkan untuk niat puasa di setiap malam.

Pendapat pertama yaitu berniat puasa (menetapkan niat) di malam hari sebelum tiba waktu subuh, dan hukumnya adalah wajib serta termasuk syarat sahnya puasa. [Pendapat Abu Hanifah, Asy-Syafi’i, dan juga salah satu riwayat dari Imam Ahmad Rahimahumullaahu Ta’ala]

Dari sahabat Hafshah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah Shallallaahu ‘Alayhi wa Sallam bersabda :

مَنْ لَمْ يُجْمِعْ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ

“Barangsiapa yang belum berniat untuk berpuasa sebelum fajar, maka tidak ada (tidak sah) puasa baginya.” [HR. Abu Daud no. 209 no. 2098, An-Nasa’i no. 2291, Ibnu Majah no. 1700. Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Al-Irwa’ no. 913]

b). Niat puasa di awal Ramadhan untuk sebulan penuh.

Pendapat kedua yaitu boleh atau cukup untuk berniat puasa sebulan penuh, boleh atau cukup dilakukan di awal bulan Ramadhan. [Pendapat Imam Malik, Ishaq, dan juga salah satu riwayat dari Imam Ahmad Rahimahullaahu Ta’ala]

PENDAPAT YANG LEBIH KUAT

Di antara 2 pendapat tersebut, yang lebih kuat adalah pendapat pertama, yaitu niat puasa di setiap malam karena diwajibkannya memperbaharui niat puasa setiap hari.

Puasa di hari-hari Ramadhan adalah ibadah-ibadah yang berdiri sendiri dan tidak ada keterkaitan antara satu puasa dengan lainnya. Sebagai bukti, jika puasa di hari itu batal, hal itu tidak mempengaruhi keabsahan puasa di hari sebelumnya. Pendapat ini dianggap rajih (kuat) oleh al-Imam asy-Syaukani dan difatwakan oleh al-Lajnah ad-Da’imah yang diketuai al- Imam Ibnu Baz. Pendapat ini yang lebih berhati-hati dalam masalah ini. [Asy- Syarh al-Mumti’, 6/369-370]


Semoga bermanfaat, baarakallaahu fiikum…

RISE THE UMMAH !

Ayu Ummu Kenzie for Women’s Lines