Manhaj Salaf

Manhaj Salaf
manhaj salaf

MANHAJ SALAF

Ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah sifat dasar manusia dan merupakan tujuan diciptakannya manusia. Sebagai seorang hamba wajib bertauhid dengan memurnikan ibadah hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan membebaskan diri dari semua bentuk penghambaan kepada selain-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالأِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ

“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku saja.” [Adz-Dzariyyat: 56]

Namun seringkali nafsu dan syaitan memalingkan seorang hamba agar beribadah kepada selain Allah Ta’ala.

Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:

هربوا من الرق الذي خلقوا له
وبلوا برق النفس والشيطان

“Mereka berpaling dari peribadahan kepada Allah yang merupakan tujuan mereka diciptakan, maka mereka menjadi budak nafsu dan syaitan.” [Al-Kaafiyah Asy-Syaafiyah melalui Syarhul Aqidah Al-Wasithiyah, 1/362]

Adapun pengamalan Tauhid dalam beribadah adalah merupakan hakikat kemerdekaan seorang hamba.

Asy-Syaikh Al-‘Allamah Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata:

أن وصف الإنسان بالعبودية لله يعد كمالاً، لأن العبودية لله هي حقيقة الحرية، فمن لم يتعبد له، كان عابداً لغيره

“Bahwa sifat manusia beribadah kepada Allah adalah kesempurnaan baginya, karena penghambaan kepada Allah adalah HAKIKAT KEMERDEKAAN, barangsiapa yang tidak menghamba kepada Allah maka dia adalah hamba selain-Nya.” [Syarhul Aqidah Al-Wasithiyah, 1/362]

◾️ LALU BAGAIMANA AGAR IBADAH YANG KITA LAKUKAN DITERIMA OLEH ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA?

Yang pertama, apabila semua ibadah kita niatkan ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kita berlepas diri dari segala bentuk penghambaan yang ditujukan untuk mendapatkan pujian manusia serta untuk keuntungan dunia semata.

Al-Imam Ibnu Katsir Rahimahullaahu Ta’ala menerangkan:

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ أَيْ: ثَوَابَهُ وَجَزَاءَهُ الصَّالِحَ، {فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا}، مَا كَانَ مُوَافِقًا لِشَرْعِ اللَّهِ {وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا} وَهُوَ الَّذِي يُرَادُ بِهِ وَجْهُ اللَّهِ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَهَذَانَ رُكْنَا الْعَمَلِ الْمُتَقَبَّلِ. لَا بُدَّ أَنْ يَكُونَ خَالِصًا لِلَّهِ، صوابُا عَلَى شَرِيعَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, yaitu pahala dan balasannya yang baik. ‘Maka hendaklah ia beramal shalih’, yaitu amalan yang sesuai syari’at Allah. ‘Dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabbnya’, yaitu hendaklah (ikhlas) hanya mengharap wajah Allah saja tiada sekutu bagi-Nya.

Dua perkara ini adalah dua rukun amalan yang diterima, yaitu harus ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sesuai dengan syari’at Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi wa Sallam.”

[Tafsir Ibnu Katsir, 5/205]

Yang kedua, apabila semua ibadah yang kita lakukan adalah meneladani sunnah, yaitu dengan mencontoh Rasulullah Shallallaahu ‘Alayhi wa Sallam dalam setiap amalan.

Syaikhul Islam Ahmad bin Abdul Halim Rahimahullaahu Ta’ala berkata:

وَدِينُ الْإِسْلَامِ مَبْنِيٌّ عَلَى أَصْلَيْنِ، عَلَى أَنْ لَا نَعْبُدَ إلَّا اللَّهَ، وَأَنْ نَعْبُدَهُ بِمَا شَرَعَ، لَا نَعْبُدُهُ بِالْبِدَعِ

“Agama Islam tegak di atas dua pondasi:
(1) Kita tidak boleh beribadah kecuali kepada Allah.
(2) Kita beribadah kepada-Nya dengan cara yang Dia syari’atkan, bukan dengan bid’ah-bid’ah.”
[Al-Fatawa Al-Kubro, 1/206]

◾️ KETERASINGAN DI AKHIR ZAMAN

Di akhir zaman, Islam akan kembali menjadi asing, sampai-sampai kaum Muslimin tidak mengenal ajaran agamanya sendiri, asing terhadap sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi wa Sallam, dan banyak sunnah-sunnah yang ditinggalkan oleh kaum Muslimin. Sementara orang yang mengamalkan sunnah dianggap asing dan aneh.

Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam juga bersabda:

بدأَ الإسلامُ غريبًا، وسيعودُ كما بدأَ غريبًا، فطوبى للغرباءِ

“Islam muncul dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah ghuraba (orang-orang yang asing)” [HR. Muslim no. 145]

Syaikh ‘Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah menjelaskan hadis ini dengan mengatakan, “Artinya bahwa Islam dimulai dalam keadan asing sebagaimana keadaan di Mekkah dan di Madinah ketika awal-awal hijrah. Islam tidak diketahui dan tidak ada yang mengamalkan kecuali sedikit orang saja. Kemudian ia mulai tersebar dan orang-orang masuk (Islam) dengan jumlah yang banyak dan dominan di atas agama-agama yang lain.

Dan Islam akan kembali asing di akhir zaman, sebagaimana awal kemunculannya. Ia tidak dikenal dengan baik kecuali oleh sedikit orang dan tidak diterapkan sesuai dengan yang disyariatkan kecuali sedikit dari manusia dan mereka itu asing”.

Orang-orang yang bisa bersabar dan tetap istiqamah di masa itu, ia akan mendapatkan pahala yang besar dan kedudukan yang tinggi. Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda:

الْعِبَادَةُ فِي الْهَرْجِ كَهِجْرَةٍ إِلَيَّ

“Beribadah di masa haraj (sulit), seperti berhijrah kepadaku” [HR. Muslim no. 2948]

Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan:

المراد بالهرج هنا الفتنة واختلاط أمور الناس

“Yang dimaksud dengan al-haraj adalah fitnah (kekacauan) dan kesemrawutan perkara di tengah manusia” [Syarah Shahih Muslim, 18/391]

Maka bersabarlah di atas agamamu meskipun terasa berat, terasing, dan ditinggalkan banyak orang.

Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda:

يأتي على النَّاسِ زمانٌ الصَّابرُ فيهم على دينِه كالقابضِ على الجمرِ

“Akan datang suatu masa, orang yang bersabar berpegang pada agamanya, seperti menggenggam bara api” [HR. Tirmidzi no. 2260, disahihkan Al-Albani dalam Shahih Ait-Tirmidzi]

Bergembiralah mereka yang bersabar dan istiqomah mengamalkan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi wa Sallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Tuhan kami ialah Allah’, kemudian mereka tetap istiqamah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita” [QS Al-Ahqaf : 13].

Allah Ta’ala juga berfirman,

وَأَلَّوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَاءً غَدَقًا

“Dan bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak)” [QS. Al-Jin: 16].

◾️ BERIBADAH SESUAI DENGAN AJARAN RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAYHI WA SALLAM

Suatu ibadah tidaklah sah dan diterima kecuali jika ikhlas dan mutaba’ah (sesuai dengan tuntunan syariat, dan Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi wa Sallam memerintahkan agar kita mengikutinya dalam melakukan berbagai ibadah sesuai dengan cara yang beliau contohkan.

Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi wa Sallam bersabda:

مَن عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيهِ أَمرُنَا فَهُوَ رَدٌّ.

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak berdasarkan perintah kami, maka amalan itu tertolak.” [HR. Al-Bukhari (no. 2697) dan Muslim (no. 1719 (18)]

Dalam hadits lain Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi wa Sallam bersabda:

مَن رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي.
“Barangsiapa yang membenci Sunnahku, maka ia bukan termasuk golonganku.” [HR. Al-Bukhari (no. 5063) dan Muslim (no. 1401)]

Dan masih banyak dalil-dalil lain yang menunjukkan perintah mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi wa Sa llam dan larangan menyelisihinya.

◾️ METODE BERAGAMA – MANHAJ SALAF

Manhaj menurut bahasa adalah metode, jalan, tata cara. Sementara Salaf menurut bahasa adalah yang telah berlalu dan telah mendahului. Menurut istilah, Salaf adalah generasi pertama umat Islam yaitu Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam dan para sahabat beliau Radhiyallahu ’Anhum. Maka manhaj Salaf adalah metode Salaf dalam beragama.

Orang yang meneladani metode Salaf dalam beragama, merekalah golongan yang selamat, dan merekalah yang dimaksud dengan Salafi atau Ahlus Sunnah wal Jama’ah, karena selalu mengikuti Sunnah Rasulullah Shallallahu ’Alayhi wa Sallam dan bersatu di atas kebenaran serta tidak memberontak kepada Pemerintah Muslim.

Rasulullah Shallallahu ‘Aalayhi wa Sallam bersabda:

وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِى عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِى النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِى

“Dan akan berpecah umatku menjadi 73 kelompok, semuanya di neraka kecuali satu, yaitu yang mengikuti aku dan para sahabatku.” [HR. At-Tirmidzi dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu’anhuma, Shohihul Jami: 9474]

◾️ SIAPAKAH PARA SALAF ATAU SALAFUS SHALIH?

Para Salaf atau Salafush Shalih (orang-orang terdahulu yang Shalih) adalah sahabat, tabi’in (orang-orang yang mengikuti sahabat) dan tabi’ut tabi’in (orang-orang yang mengikuti tabi’in).

Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi wa Sallam bersabda:

خير الناس قرني ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم ( رواه البخاري، رقم 2652، ومسلم، رقم 2533 من حديث ابن مسعود)

“Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian generasi setelahnya kemudian generasi setelahnya”. (HR. Bukhari, no. 2652 dan Muslim, no. 2533 dari hadits Ibnu Mas’ud)

Rasulullah Shallallahu ’Alayhi wa Sallam telah mempersaksikan ’kebaikan’ tiga generasi awal umat ini yang menunjukkan akan keutamaan dan kemuliaan mereka, semangat mereka dalam melakukan kebaikan, luasnya ilmu mereka tentang syari’at Allah, semangat mereka berpegang teguh pada sunnah beliau Shallallahu ’Alayhi wa Sallam.  (Lihat Al Wajiz fii Aqidah Salafish Sholih dan Mu’taqod Ahlis Sunnah wal Jama’ah, Dr. Muhammad Kholifah At Tamimi)

◾️ CIRI SEORANG SALAFI ATAU ORANG YANG BERMANHAJ SALAF

Salafi atau orang-orang yang bemanhaj Salaf, dalam beragama mereka beraqidah dengan benar, berakhlaq, beragama (bermanhaj), dan beribadah sebagaimana yang dilakukan para Salaf atau Salafush Shalih, seperti:

1). Memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai pemahaman Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan para sahabat.

2). Mendahulukan dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah daripada akal, perasaan, mimpi, wangsit atau segala bentuk penerawangan, dan juga perkataan atau pendapat siapapun.

3). Senantiasa menegakkan tauhid dan sunnah.

4). Senantiasa menjauhi kesyirikan dan bid’ah.

5). Senantiasa berusaha untuk taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak meremehkan dosa sekecil apa pun.

6). Menjaga ukhuwah, lisan dan berakhlak baik.

7). Saling menasihati dan mengingatkan bahaya kesesatan.

8). Memuliakan para ulama.

9). Zuhud terhadap dunia.

10). Berpakaian sesuai syariat

11). Meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat.

12). Taat kepada pemerintah muslim dalam perkara yang tidak bertentangan dengan hukum Allah Ta’ala.

Semoga Allah ta’ala memberikan hidayah dan taufiq kepada kita semua untuk dapat meneladani metode Salaf dalam beragama agar selamat dan meraih kebahagiaan dunia akhirat.

RISE THE UMMAH !
Ayu Ummu Kenzie for Women’s Lines