Konsisten Sahur Sepanjang Bulan Ramadhan
Sahur merupakan perbuatan makan atau minum sepanjang bulan Ramadhan yang dilakukan seorang Mukmin sebelum terbit Fajar.
Imam An-Nawawi berkata dalam kitab al-Majmu’ :“Waktu sahur adalah rentang waktu antara pertengahan malam hingga terbitnya fajar (waktu Subuh).”
“… Dan makan minumlah kalian hingga tampak jelas bagi kalian benang putih dari benang hitam, iaitu fajar.” [Al-Baqarah : 187]
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, Rasulullah Shallallaahu ‘Alayhi wa Sallam bersabda :
نِعْمَ سَحورُ المؤمِنِ التَّمرُ
“Sebaik-baik makanan sahur adalah tamr (kurma kering).” [HR. Abu Daud no. 2345, disahihkan Al-Albani dalam Shahih Abu Daud]
Disebutkan Mausu’ah Haditsiyyah Durar Saniyyah dalam syarah hadis ini, “Makanan terbaik bagi seorang mukmin ketika sahur adalah kurma, sebagai persiapan dirinya untuk berpuasa. Karena waktu sahur dan kurma, dua-duanya memiliki keberkahan yang membantu seorang yang berpuasa di siang hari.”
Lalu mengapa kita harus sahur dahulu setiap harinya sebelum memulai puasa? Tentu karena selain mendapat banyak pahala, banyak pula manfaat yang didapatkan dengan melakukan sahur, seperti :
1. Mendapatkan pahala karena menjalankan Sunnah dan sebagai bentuk ketaatan kepada Rasulullah Shallallaahu ‘Alayhi wa Sallam dengan melakukan sahur.
Sahur bukanlah syarat sahnya puasa dan bukan pula berhukum waerpuasa bersemangat untuk melakukannya karena para ulama mengatakan bahwa hukumnya sunnah muakkadah (sangat ditekankan).
Rasulullah Shallallaahu ‘Alayhi wa Sallam bersabda :
مَنْ أَرَادَ أَنْ يَصُومَ فَلْيَتَسَحَّرْ بِشَىْءٍ
“Barangsiapa ingin berpuasa, maka hendaklah dia bersahur.” [HR. Ahmad 3/367]
2. Mendapatkan pahala menjalankan Sunnah dengan melakukan sahur mendekati waktu terbitnya Fajar.
Dianjurkan untuk menunda sahur hingga mendekati waktu terbitnya fajar, selama tidak dikhawatirkan datangnya waktu fajar ketika masih makan sahur.
Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma bertanya kepada Zaid bin Tsabit radhiyallahu ’anhu :
كَمْ كَانَ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالسَّحُورِ قَالَ قَدْرُ خَمْسِينَ آيَةً
“Berapa biasanya jarak sahur Rasulullah dengan azan (subuh)?
Zaid menjawab : sekitar 50 ayat.” [HR. Bukhari no. 1921 dan Muslim no. 1097]
Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan,
في قوله: قَدْرُ خَمسينَ آيةً؛ أي: متوسِّطةٌ، لا طويلةٌ ولا قصيرةٌ ولا سريعةٌ ولا بطيئةٌ
“Perkataan Zaid [sekitar 50 ayat] maksudnya dengan kecepatan bacaan yang pertengahan. Tidak terlalu panjang, tidak terlalu pendek, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.” [Fathul Bari, 1: 367]
3. Terdapat keberkahan dalam makan sahur.
Dari Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu, Rasulullah Shallallaahu ‘Alayhi wa Sallam bersabda : تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السُّحُورِ بَرَكَةً“Bersahurlah karena dalam makanan sahur terdapat keberkahan.” [HR. Bukhari no. 19 no. 1922 dan Muslim no. 1095]
Dalam riwayat lain disebutkan, dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallaahu ‘anhu, Rasulullah Shallallaahu ‘Alayhi wa Sallam bersabda :
السُّحورُ كلُّه بركةٌ فلا تَدَعُوه ، و لَو أن يَجرَعَ أحدُكُم جَرعةً مِن ماءٍ ، فإنَّ اللهَ عزَّ وجلَّ وملائكتَه يُصلُّونَ على المتسحِّرينَ
“Makanan sahur semuanya berkah, maka jangan tinggalkan dia. Walaupun kalian hanya meneguk seteguk air. Karena Allah ‘azza wa jalla dan para malaikatnya bershalawat kepada orang-orang yang sahur.” [HR. Ahmad no. 11101, dihasankan Al-Albani dalam Shahih At-Targhib no. 1070]
4. Mendapatkan nikmat melalui dibedakannya seorang Muslim dengan ahli kitab.
Sahur khususnya mengenai waktu sahur menjadi pembeda antara seorang Muslim dan ahli kitab, yang dalam hal ini adalah Yahudi dan Nasrani. Dengan sahur, seorang Muslim menyelisihi kebiasaan mereka (ahli kitab).
Dari Amr bin ‘Ash radhiyallaahu ‘anhu, Rasulullah Shallallaahu ‘Alayhi wa Sallam bersabda :
فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السَّحَرِ
“Perbedaan antara puasa kita (umat Islam) dan puasa ahlul kitab terletak pada makan sahur.” [HR. Muslim no. 1096]
5. Mendapat peluang meraih pahala lebih banyak.
Ketika seorang Muslim melakukan sahur dan ia terjaga dari tidurnya, maka banyak waktu yang dapat digunakan dengan maksimal untuk beribadah, seperti shalat Tahajud, membaca Al Qur’an, berdzikir, memperbanyak berdoa, memohon ampunan Allah, dan semisalnya yang memberikan manfaat berupa pengabulan doa dan juga pengampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ
“Rabb kita tabaroka wa ta’ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Dia berfirman: “Siapa saja yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
6. Mendapatkan banyak energi.
Dalam makanan dan minuman sahur terdapat energi dan nutrisi yang dapat menguatkan orang yang berpuasa, sehingga memberi tambahan semangat dalam melaksanakan ibadah.Bahkan asupan sahur yang baik bisa mencegah dehidrasi, sakit kepala, mual, tubuh lemas, dan lain-lain.
7. Senantiasa berada dalam kebaikan.
Manfaat lainnya yang didapatkan oleh seorang Muslim jika mengakhirkan sahurnya adalah ia senantiasa berada dalam kebaikan. Ini tentu adalah kabar baik yang seharusnya menjadi penyemangat untuk terus konsisten melakukan sahur dan mengakhirkan waktunya.
Dari Abu Dzar, Rasulullah Shallallaahu ‘Alayhi wa Sallam bersabda : لَا تَزَالُ أُمَّتِي بِخَيْرٍ مَا أَخَّرُوا السَّحُورَ وَعَجَّلُوا الْفِطْرَ “Umatku senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka.” [HR Ahmad]
Demikian tulisan singkat namun padat ilmu mengenai sahur sebagai bekal kita dalam menjalankan ibadah puasa. Baarakallaahu fiikum…
RISE THE UMMAH !
Ayu Ummu Kenzie for Women’s Lines