Ketika Nyanyian Kau Ganti Dengan Dzikir
Seiring berjalannya perkembangan zaman, banyak bermunculan nyanyian dengan berbagai jenis musik yang dinyanyikan oleh perempuan dan laki-laki secara perorangan maupun berkelompok.
Banyak pula yang lirik dan video yang disajikan mengandung maksiat. Mirisnya, nyanyian ini sangat disukai oleh umat Muslim dari segala umur dan menjadi kebiasaan dalam keseharian, seolah-olah nyanyian menjadi kebutuhan hati seseorang.
Ketika sedang bahagia mereka bernyanyi, ketika hatinya bersedih pun mereka bernyanyi, ketika bershalawat mereka juga membuat sya’ir tambahan dan menjadikannya nyanyian. Bahkan saat terjadi kematian pun mereka jadikan nyanyian sebagai pelengkap moment sambil meratapinya.
قال الإمام ابن القيم -رحمه الله تعالى-:
“فإذا رأيت الرجل ذوقه وتشوقه إلى سماع الأبيات دون سماع الآيات وسماع الألحان دون سماع القرآن فهذا من أقوى الأدلة على فراغ قلبه من محبة الله وكلامه”
الجواب الكافي (٢٣٦)
Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata :
“Jika engkau melihat seseorang yang perasaan dan kerinduannya tertuju pada bait puisi, nyanyian musik, bukan kepada ayat suci Al-Quran maka hal tersebut di antara tanda yang paling kuat dari hatinya yang kosong dari kecintaan terhadap Allah dan firman-Nya.”
(Al-Jawabul Kafi (hlm. 236))
Tidak hanya sampai disitu, para orang tua pun banyak yang mendidik anak-anaknya sedari kecil dengan nyanyian, banyak juga yang mengenalkan anak-anak mereka musik sejak dini dengan mempelajari tiap alat musik agar kelak mahir dalam bermusik dan menjadi musisi handal. Padahal nyanyian atau musik adalah haram, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا ۚ أُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ
“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan lahwal hadits (nyanyian) untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh adzab yang menghinakan.” (QS. Luqman: 6)
Kita berdo’a semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala jauhkan kita dari segala hal yang menyesatkan dan yang mendatangkan murka Allah.
Selain menyesatkan, nanyian juga dapat merubah seorang laki-laki berperilaku seperti perempuan. Ini tentu saja merupakan fenomena yang sangat mengerikan, namun bagi sebagian orang ini dianggap trend dan pergaulan masa kini.
Ibnul Qayyim rahimahullaahu Ta’ala berkata :
فلو سألت الطباع ما الذي خنّثها وذكورة الرجال ما الذي أنّثها لقالت: سل السماع- الغناء- فإنه رقية الزنا وحاديه .. والداعي إلي ذلك ومناديه
“Jika engkau bertanya, kenapa sampai ada yang bisa lemah gemulai (layaknya wanita), dan kenapa kejantanan seorang pria bisa berubah menjadi kewanita-wanitaan (lemah lembut), maka tanyakanlah pada musik (nyanyian). Nyayian itu mantera-manteranya zina, yang mengantar, yang mendorong, dan mengajak pada zina.” (Al-Kalam ‘ala Mas-alah As-Simaa’, hlm. 18-19)
Nyanyian juga penyebab jatuhnya seseorang ke dalam perbuatan keji. Tercermin dalam merebaknya nyanyian di banyak tempat dan disukainya nyanyian oleh banyak orang dari berbagai usia, yang menyebabkan merebaknya perzinahan dan perbuatan keji.
Ibnu Taimiyah Rahimahullaahu Ta’ala berkata :
الغناء رقية الزنا وهو من أعظم الأسباب لوقوع الفواحيش
Nyanyian itu ruqyah (jampi-jampi)-nya perzinaan dan termasuk sebab terbesar jatuh kepada perbuatan keji. (Ibnu Taimiyah – Majmu’ Fatâwâ 10/417)
Padahal nyanyian hanyalah penghibur dan penenang yang semu. Sungguh, siapapun yang mencari kesenangan dan ketenangan selain perbanyak mengingat Allah, maka ia sangatlah merugi.
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’du: 28)
Namun yang terjadi adalah Syaithan akan menyibukkan seseorang dari mengingat Allah dengan nyanyian. Baik nyanyian yang ia nyanyikan sendiri, maupun berkhayal karena larut dalam sya’ir dan alunan musik yang terdapat di dalamnya.
Perbuatan ini menghabiskan waktunya dan menyia-nyiakan usianya. Karena tidak sedikit orang yang terlena dengan nyanyian hingga ajal menghampirinya.
Lalu ia berkata :
يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي
“Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini.”
(Qs. Al-Fajr 24)
Sedangkan kita tidak mampu memundurkan waktu atau menunda sedikit pun datangnya kematian.
لَوْلا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ –
وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?” Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan”
(Qs. Al-Munafiqun 10-11)
Lalu masih bermudah-mudahkah kalian dalam mendengarkan nyanyian atau bermain musik? Tidakkah kalian menyesal dengan apa yang telah kalian asik lakukan selama ini, dan segera bertaubat diiringi perbaikan diri mengganti nyanyian dengan berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar kalian mendapatkan banyak keutamaan dengan dzikir-dzikir kalian?
Ibnu Sunniy meriwayatkan dalam ‘Amalul Yaumi Wal Lailah’ dari Mu’adz bin Jabal berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda :
“Tidaklah penduduk surga menyesal kecuali atas waktu-waktu yang terlewat tanpa berdzikir kepada Allah padanya.”
(Majmuu’ Muallafaati Wa Tahqiiqaati Fadhiilatisy Syaikhi Ad-Duktuur Abdus Salaam bin Barjis, Juz 2, hal. 22-23)
Kemudian selain berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang dapat dilakukan untuk berhenti menyanyi atau mendengarkan nyanyian adalah mengingkari bahwa nyanyian dan musik itu haram.
لو سمع صوت غناء محرم، أو آلات الملاهي، وعلم المكان التي هي فيه ، فإنه ينكرها، إذا لم يعلم مكانه فلا شيء عليه.
جامع العلوم والحكم ، صفحة: ٧٠٧
“Jika mendengar suara nyanyian (lagu-lagu) yang haram, atau bunyi alat-alat musik dan tahu tempatnya, (sumber suara), maka hendaklah mengingkarinya. Tapi jika tidak diketahui tempatnya sumber suara maka tidak mengapa (mendiamkannya).”
(Jami’ul Ulum wal Hikam, halaman 707)
Berikut adalah dalil-dalil berdzikir yang dapat menjadikan untuk lebih semangat berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala :
Pertama :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا , وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang.” (QS. Al-Ahzab: 41-42)
Kedua :
وَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu’ah: 10)
Ketiga :
Dari ‘Aisyah Radhiyallaahu ‘anha berkata :
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يَذْكُرُ اللهَ عَلَى كُلِّ أَحْيَانِهِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu berdzikir (mengingat) Allah pada setiap waktunya.” (HR. Bukhari, no. 19 dan Muslim, no. 737)
Keempat :
Dari Yusairah seorang wanita Muhajirah, dia berkata:
قَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْكُنَّ بِالتَّسْبِيحِ وَالتَّهْلِيلِ وَالتَّقْدِيسِ وَاعْقِدْنَ بِالْأَنَامِلِ فَإِنَّهُنَّ مَسْئُولَاتٌ مُسْتَنْطَقَاتٌ وَلَا تَغْفُلْنَ فَتَنْسَيْنَ الرَّحْمَة
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada kami, ‘Hendaknya kalian bertasbih (ucapkan subhanallah), bertahlil (ucapkan laa ilaha illallah), dan bertaqdis (mensucikan Allah), dan himpunkanlah (hitunglah) dengan ujung jari jemari kalian karena itu semua akan ditanya dan diajak bicara, janganlah kalian lalai yang membuat kalian lupa dengan rahmat Allah.’” (HR. Tirmidzi, no. 3583; Abu Daud, no. 1501 dari hadits Hani bin ‘Utsman dan disahihkan oleh Adz-Dzahabi. Sanad hadits ini dikatakan hasan oleh Al-Hafizh Abu Thahir).
Kelima :
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ بُسْرٍ قَالَ : أَتَى النَّبِيَّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – رَجُلٌ ، فَقَالَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ إنَّ شَرَائِعَ الإِسْلاَمِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَيْنَا ، فَبَابٌ نَتَمَسَّكُ بِهِ جاَمِعٌ ؟ قال : (( لاَ يَزالُ لِسَانُكَ رَطْباً مِنْ ذِكْرِ اللهِ – عَزَّ وَجَلَّ – )) خَرَّجَهُ الإِمَامُ أَحْمَدُ بِهَذَا اللَّفْظِ .
Dari ‘Abdullah bin Busr radhiyallahu ‘anhu bahwa ada seorang lelaki berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya syariat Islam (amalan sunnah) itu amat banyak yang mesti kami jalankan. Maka mana yang mesti kami pegang (setelah menunaikan yang wajib, pen.)?” Beliau menjawab, “Hendaklah lisanmu selalu basah dengan berdzikir kepada Allah (maksudnya: terus meneruslah berdzikir kepada Allah, pen).” (HR. Ahmad dengan lafazh seperti ini) (HR. Ahmad, 4:188; Tirmidzi, no. 3375; Ibnu Majah, no. 3793; Ibnu Hibban, no. 2317; Al-Hakim, 1:495)
Saudara-saudaraku berhentilah menyanyi, mendengarkan nyanyian dan bermain musik. Bertaqwalah, bertaubat dan perbanyak mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala agar imanmu terjaga dan terhindar dari segala perbuatan keji.
RISE THE UMMAH !
Ayu Ummu Kenzie for Women’s Lines