Dalil Dalil Tauhid

Dalil Dalil Tauhid
dalil dalil tauhid

MAKNA TAUHID

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata: “Makna ini tidak tepat kecuali diikuti dengan penafian. Yaitu menafikan segala sesuatu selain sesuatu yang kita jadikan satu saja, kemudian baru menetapkannya” (Syarah Tsalatsatil Ushul, hal. 24)

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullaahu:

التوحيد: إفراد الله تعالى بما يختص به من الربوبية والألوهية والأسماء والصفات

“Tauhid adalah mengesakan Allah ta’ala dengan segala kekhususan-Nya dalam perkara rububiyah, uluhiyah, dan al-asma was shifat” (Al-Qaulul Mufid, hal. 6)

Beliau juga mengatakan: 

أن تعبد الله وحده ولا تشرك به شيئا

“Tauhid adalah engkau menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukan-Nya dengan suatu apapun” (Syarah Tsalatsatil Ushul, hal. 24)

TAUHID RUBUBIYYAH

Mentauhidkan Allah dalam kejadian-kejadian yang hanya bisa dilakukan oleh Allah, serta menyatakan dengan tegas bahwa Allah ta’ala adalah Rabb, Raja, dan Pencipta semua makhluk, dan Allahlah yang mengatur dan mengubah keadaan mereka (Al-Jadid Syarh Kitab Tauhid, hal. 17). Dengan kata lain, tauhid rububiyyah adalah meyakini bahwa Allah ta’ala satu satunya yang menciptakan, mengelola, dan menguasai alam semesta beserta isinya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ

“Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan Mengadakan gelap dan terang” (QS. Al-An’am: 1)

Tauhid rububiyyah diyakini oleh mukmin, maupun kafir, sejak dahulu hingga sekarang. Bahkan mereka menyembah dan beribadah kepada Allah. Hal ini dikabarkan dalam Al-Qur’an:

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ

“Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah), ’Siapa yang telah menciptakan mereka?’, niscaya mereka akan menjawab ‘Allah’ ” (QS. Az-Zukhruf: 87)

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ

“Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah), ’Siapa yang telah menciptakan langit dan bumi serta menjalankan matahari juga bulan?’, niscaya mereka akan menjawab ‘Allah’ ”. (QS. Al-Ankabut: 61)

TAUHID ULUHIYYAH

Mentauhidkan Allah dalam segala bentuk peribadatan, baik yang zhahir maupun batin (Al-Jadid Syarh Kitab Tauhid, hal. 17). Dalilnya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang doa dalam surat Al-Fatihah:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan” (QS. Al-Fatihah: 5)

Sedangkan orang musyrikin jahiliyyah selain beribadah kepada Allah mereka juga memohon, berdoa, ber-istighatsah kepada selain Allah. Dan inilah yang diperangi Rasulullah, ini juga inti dari ajaran para Nabi dan Rasul seluruhnya, mendakwahkan tauhid uluhiyyah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

“Sungguh telah kami utus Rasul untuk setiap umat dengan tujuan untuk mengatakan: ‘Sembahlah Allah saja dan jauhilah thaghut‘” (QS. An-Nahl: 36)

TAUHID AL-ASMA’ WAS SHIFAT

menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah sesuai yang Allah tetapkan bagi diriNya dan menafikan nama dan sifat yang Allah nafikan dari diriNya, dengan tanpa Tahrif (memalingkan makna ayat atau hadits tentang nama atau sifat Allah dari makna zhahir-nya menjadi makna lain yang batil), tanpa Ta’thil (mengingkari dan menolak sebagian sifat-sifat Allah), dan tanpa Takyif (menggambarkan atau mendeskripsikan hakikat Dzat Allah), dan tanpa Tamtsil (menyerupakan Allah dengan makhluk).
[Syarh Tsalatsatil Ushul Ibnu Al-Utsaimin, hal. 25]
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا

“Hanya milik Allah nama-nama yang husna, maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama-Nya” (QS.” (QS. Al-A’raf: 180)

◾️ ALLAH MENCIPTAKAN MANUSIA UNTUK MENTAUHIDKAN-NYA

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

◾️ TAUHID ADALAH SYARAT MASUK SURGA

Dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit Radhiyallaahu ‘Anhu, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘Alayhi wa Sallam bersabda:

مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ ، وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ وَكَلِمَتُهُ ، أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ ، وَرُوحٌ مِنْهُ ، وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ ، أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنَ الْعَمَلِ

“Barangsiapa bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya; begitu juga bersaksi bahwa ‘Isa adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, serta kalimat-Nya (yaitu Allah menciptakan Isa dengan kalimat ‘kun’, -pen) yang disampaikan kepada Maryam dan ruh dari-Nya; juga bersaksi bahwa surga dan neraka benar adanya; maka Allah akan memasukkan-Nya ke dalam surga apa pun amalnya.” (HR. Bukhari, no. 3435 dan Muslim, no. 28)


Dari Jabir Radhiyallaahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallaahu ‘Alayhi wa Sallam bersabda:

مَنْ مَاتَ لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ

“Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak berbuat syirik kepada Allah dengan sesuatu apa pun, maka ia akan masuk surga. Barangsiapa yang mati dalam keadaan berbuat syirik kepada Allah, maka ia akan masuk neraka.” (HR. Muslim, no. 93)

◾️ TAUHID ADALAH SEBAB MENDAPATKAN SYAFA’AT RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAYHI WA SALLAM

Abu Hurairah Radhiyallaahu ‘Anhu berkata, ada yang bertanya kepada Rasulullah Shallallaahu ‘Alayhi wa Sallam:

يا رسولَ اللهِ ، مَن أسعَدُ الناسِ بشَفاعتِك يومَ القيامةِ ؟ قال رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم : لقد ظنَنتُ – يا أبا هُرَيرَةَ – أن لا يَسأَلَني عن هذا الحديثِ أحدٌ أولَ منك ، لمِا رأيتُ من حِرصِك على الحديثِ ، أسعَدُ الناسِ بشَفاعَتي يومَ القيامةِ ، مَن قال لا إلهَ إلا اللهُ ، خالصًا من قلبِه ، أو نفسِه.

“Katakanlah wahai Rasulullah, siapa yang berbahagia karena mendapat syafa’atmu pada hari kiamat kelak?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Wahai Abu Hurairah, aku merasa tidak ada yang bertanya kepadaku tentang hal ini selain engkau. Yang aku lihat, ini karena semangatmu mempelajari hadits. Yang berbahagia dengan syafa’atku pada hari kiamat nanti adalah yang mengucapkan laa ilaha illallah dengan ikhlas dalam hatinya.” (HR. Bukhari, no. 99)

◾️ TAUHID ADALAH SEBAB DIHAPUSKANNYA DOSA

Dalam hadits qudsi dari Anas bin Malik Radhiyallaahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallaahu ‘Alayhi wa Sallam bersabda, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِى بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِى لاَ تُشْرِكُ بِى شَيْئًا لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً

“Wahai anak Adam, jika engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi kemudian engkau tidak berbuat syirik kepada-Ku dengan sesuatu apa pun, maka Aku akan mendatangimu dengan ampunan sepenuh bumi itu pula.” (HR. Tirmidzi, no. 3540. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan gharib. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan).

◾️ TAUHID ADALAH SEBAB MENDAPATKAN RASA AMAN DAN PETUNJUK (HIDAYAH)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

الَّذِينَ آَمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-An’am: 82)

Ketika turun ayat tersebut, para sahabat pun menanyakan pada Rasulullah Shallallaahu ‘Alayhi wa Sallam. Mereka berkata,

أَيُّنَا لاَ يَظْلِمُ نَفْسَهُ

“Siapa yang tidak menzalimi dirinya sendiri?”

Rasulullah Shallallaahu ‘Alayhi wa Sallam lantas berkata:

لَيْسَ هُوَ كَمَا تَظُنُّونَ إِنَّمَا هُوَ كَمَا قَالَ لُقْمَانُ لاِبْنِهِ يَا بُنَىَّ لاَ تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Itu bukan seperti yang kalian sangkakan. Yang dimaksud dengan zalim di situ adalah seperti perkataan Lukman kepada anaknya, “Wahai anakku, janganlah engkau berbuat syirik kepada Allah karena syirik adalah kezaliman yang amat besar.“ (HR. Bukhari, no. 4776 dan Muslim, no. 124)

Ibnu Katsir Rahimahullaah menyatakan tentang surah Al-An’am ayat 82, “Mereka adalah orang yang memurnikan ibadah hanya untuk Allah, tidak berbuat syirik kepada-Nya. Mereka tidak berbuat syirik sedikit pun. Balasannya, mereka mendapatkan rasa aman pada hari kiamat dan mendapatkan petunjuk di dunia dan akhirat.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 3:569)

◾️ TAUHID ADALAH SEBAB MENDAPATKAN KETENANGAN

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq: 3)

Orang yang bergantung kepada Allah akan mendapatkan ketenangan karena Allah akan tolong dan beri kecukupan, beda halnya kalau ia bergantung kepada manusia yang fakir.

Dalam hadits disebutkan:

مَنِ الْتَمَسَ رِضَاءَ اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ كَفَاهُ اللَّهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَاءَ النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ وَكَلَهُ اللَّهُ إِلَى النَّاسِ

“Barangsiapa yang mencari rida Allah saat manusia tidak suka, maka Allah akan cukupkan dia dari beban manusia. Barangsiapa yang mencari rida manusi, tetapi Allah itu murka, maka Allah akan biarkan dia bergantung kepada manusia.” (HR. Tirmidzi, no. 2414. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan)

◾️ TAUHID ADALAH SYARAT DITERIMANYA AMAL SHALIH

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabbnya.” (QS. Al-Kahfi: 110)

Ibnu Katsir Rahimahullaah menjelaskan, “Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh”, maksudnya adalah yang mencocoki syariat Allah (mengikuti petunjuk Rasulullah Shallallaahu ‘Alayhi wa Sallam, pen.). Dan “janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabbnya”, maksudnya selalu mengharap wajah Allah semata dan tidak berbuat syirik kepada-Nya. Inilah dua rukun diterimanya ibadah, yaitu harus ikhlas karena Allah dan mengikuti petunjuk Rasulullah Shallallaahu ‘Alayhi wa Sallam.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:201-202)

◾️ TAUHID ADALAH SEBAB DILIPATGANDAKANNYA PAHALA

Allah Subhanahu wa Ta’ala qmenyebutkan tentang sedekah:

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261)

Ibnu Katsir menerangkan mengenai ayat “Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki”, maksudnya adalah tergantung kepada keikhlasannya. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 2:261)

RISE THE UMMAH !
Ayu Ummu Kenzie For Women’s Lines