Bagaimana Cara Bersyukur Yang Benar

Bagaimana Cara Bersyukur Yang Benar
bagaimana cara bersyukur yang benar

Bismillah. Begitu banyak Rahmat berupa kenikmatan-kenikmatan yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada kita? Namun seringkali kita bingung bahkan tidak tahu bagaimana cara kita mensyukuri nikmat-nikmatNya, dan apakah dengan mensyukurinya meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala?

Bersyukur merupakan suatu ibadah yang besar, maka bersyukurlah kepada Sang Pemberi Kenikmatan, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَٱشۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ إِن كُنتُمۡ إِيَّاهُ تَعۡبُدُونَ

“Dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.” (QS An-Nahl 114)

Sementara nikmat juga merupakan ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala

إِنَّا جَعَلۡنَا مَا عَلَى ٱلۡأَرۡضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبۡلُوَهُمۡ أَيُّهُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلًا

“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik amalannya” (QS Al-Kahfi 7)

◾️ KENAPA HARUS BERSYUKUR?

Di antara cara untuk memupuk rasa cinta kepada Allah adalah dengan banyak mengingat-ingat nikmat yang Allah karuniakan kepada kita yang tidak terhitung lagi banyaknya. Sehingga kita bersemangat untuk beribadah kepada-Nya sebagai bentuk rasa syukur atas semua nikmat tersebut.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu’anha, ia berkata:
أنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ كانَ يَقُومُ مِنَ اللَّيْلِ حتَّى تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ، فَقالَتْ عَائِشَةُ: لِمَ تَصْنَعُ هذا يا رَسولَ اللَّهِ، وقدْ غَفَرَ اللَّهُ لكَ ما تَقَدَّمَ مِن ذَنْبِكَ وما تَأَخَّرَ؟ قالَ: أفلا أُحِبُّ أنْ أكُونَ عَبْدًا شَكُورًا

“Nabi shallallahu’alaihi wa sallam pernah shalat malam sampai pecah-pecah kakinya. Aisyah pun mengatakan: mengapa engkau melakukan demikian wahai Rasulullah? Padahal dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang telah diampuni? Nabi menjawab: Bukankah seharusnya aku senang jika aku menjadi hamba yang bersyukur?” (HR. Bukhari no.4837)

◾️ CARA BERSYUKUR YANG BENAR

“Kenikmatan Allah datang silih berganti kepada hamba. Maka, tali pengikatnya adalah syukur.

Syukur dibangun di atas tiga pondasi, yaitu :

  1. Mengakui dengan hatinya bahwa kenikmatan itu dari Allah
  2. Mengungkapkannya dengan lisan secara nyata.
  3. Menggunakannya untuk mencapai keridhoan Dzat yang mengatur dan memberi kenikmatan tersebut.

Jika seseorang mengerjakan tiga hal di atas maka sungguh ia telah bersyukur kepada Allah, walaupun dengan segala keterbatasan yang ada.” (Ibnu Qayyim rahimahullah dalam Al-Wabilush Shayyib)

Perhatikan 3 cara bersyukur yang diungkapkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullaahu Ta’ala dalam kitab Madarij As-Salikin, 2: 246 :

الشُكْرُ يَكُوْنُ : بِالقَلْبِ : خُضُوْعاً وَاسْتَكَانَةً ، وَبِاللِّسَانِ : ثَنَاءً وَاعْتِرَافاً ، وَبِالجَوَارِحِ : طَاعَةً وَانْقِيَاداً .

“Syukur itu dengan hati, dengan tunduk dan merasa tenang. Syukur itu dengan lisan, dengan memuji dan mengakui. Syukur itu dengan anggota badan, yaitu dengan taat dan patuh pada Allah.”

Abu Hazim rahimahullaahu Ta’ala juga berkata :

وَأَمَّا مَنْ شَكَرَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يَشْكُرْ بِجَمِيْعِ أَعْضَائِهِ : فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ رَجُلٍ لَهُ كِسَاءٌ فَأَخَذَ بِطَرْفِهِ ، فلَمْ يَلْبَسْه ، فَلَمْ يَنْفَعْهُ ذَلِكَ مِنَ البَرَدِ ، وَالحَرِّ ، وَالثَّلْجِ ، وَالمطْرِ

“Siapa saja yang bersyukur dengan lisannya, namun tidak bersyukur dengan anggota badan lainnya, itu seperti seseorang yang mengenakan pakaian. Ia ambil ujung pakaian saja, tidak ia kenakan seluruhnya. Maka pakaian tersebut tidaklah manfaat untuknya untuk melindungi dari dingin, panas, salju dan hujan.” (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2: 84)

Sufyan bin Uyainah berkata kepada Abu Abdillah ar-Razy rahimahumullah:

“Wahai Abu Abdillah, sesungguhnya termasuk bentuk syukur kepada Allah atas kenikmatan adalah dengan engkau memuji-Nya atasnya, dan menjadikannya untuk membantu menaati-Nya. Tidak bersyukur kepada Allah orang yang menjadikan nikmat-Nya untuk membantu bermaksiat kepada-Nya.” (Sufyan bin Uyainah dalam Hilyatul Auliya’ 7/278)

“Sesungguhnya apabila kita melakukan ketaatan kepada Allah, maka sesungguhnya kita adalah orang-orang yang bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya. Ketika itulah, kita pantas mendapatkan janji dan keutamaan dari Allah, berupa tambahan nikmat.” (Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah dalam Atsarul Ma’ashi ‘alal Fardi wal Mujtama’, 4-5)

Gunakan kenikmatan-kenikmatan yang diberikan kepadamu untuk ketaatan dan semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kita banyak kebaikan, serta keberkahan dalam kenikmatan.

RISE THE UMMAH !
Ayu Ummu Kenzie, for Women’s Lines